Bank Sampah Palembang
Hari ini, sabtu 4 Januari 2024 saya dan ibu-ibu arisan RT kedatangan tamu spesial. Jika biasanya kegiatan arisan kami diisi dengan bersama-sama membaca surat Yasin, kali ini acara diisi dengan sosialisasi dari Ibu Eka Elida mengenai: Gerakan Peduli Lingkungan, Peduli Sampah dan Kartu Amal Kehidupan. Karena sosialisasi ini dilakukan atas rekomendasi Lurah, maka arisan kami hari ini juga dihadiri oleh beberapa RT dan RW di sekitar tempat tinggal saya.
Selaku owner Bank Sampah Kartini, yakni Bank Sampah Palembang yang beralamat di Puncak Sekuning, Bukit Lama, Ilir Barat 1, Palembang, Sumatera Selatan, beliaulah yang memberikan pemaparan. Saya tidak asing lagi dengan Bank Sampah Kartini ini. Dulu saya pernah ikut suami liputan ke sana. Yups, sedikit privilege yang saya miliki sebagai istri seorang wartawan, bisa ikut saat liputan.
Sebenarnya waktu itu saya ingin menulis di blog juga mengenai Bank Sampah Kartini, karena mendengar wawancara yang dilakukan suami pada saat itu, pembahasannya sangat menarik. Saya bahkan ikut mendokumentasikan beberapa tumpukan sampah daur ulang, mesin pengolahan sampah plastik dan pembuatan kompos dan pupuk cair juga. Sayang dokumentasinya tidak bisa saya akses lagi karena handphone lama saya rusak.
Satu hal yang juga masih saya ingat tentang Bank Sampah Kartini adalah sistem menabung sampahnya. Gerakan ini sangat banyak dampak positifnya. Selain peduli sampah juga dapat membantu perekonomian para ‘nasabah’ Bank Sampah. Saat itu dijelaskan uang dari menabung sampah ini bahkan bisa membantu biaya sekolah. Uniknya, saat ini gerakan menabung sampah tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa. Anak-anak juga mulai melakukannya.
Mungkin sebagain orang menganggap gerakan ini mengajarkan anak menjadi pemulung. Tapi bagi Ibu Eka, poin penting yang ingin beliau tanamkan adalah rasa kepedulian kepada sampah tersebut. Bagaimana sampah yang sepertinya tidak berguna dan sia-sia, malah bisa menjadi uang dan produk daur ulang yang bermanfaat bagi kelangsungan bumi dan kehidupan.
Pemaparan Gerakan Peduli Lingkungan, Peduli Sampah dan Kartu Amal Kehidupan
Ibu Eka memulai pembicaraan dengan menjelaskan bahwa Indonesia termasuk salah satu negara terkotor di Indonesia. Ia menuturkan bahwa sampah diapers, sampah pembalut, dan sampah plastik itu tidak dapat terurai atau perlu waktu yang sangat lama hingga ratusan tahun untuk prosesnya, sehingga dapat merusak ekosistem.
Beliau mengenalkan bahwa sampah plastik yang seperti tidak berguna dan bahkan berpotensi merusak lingkungan, ternyata bisa dimanfaatkan dan diolah kembali menjadi sesuatu yang bernilai dan berharga.
Contohnya botol plastik dan sisa plastik mika bekas makanan, yang sulit dihancurkan menggunakan mesin penghancur plastik, malah banyak dipesan bahkan sampai ke luar negeri, untuk dijadikan Rumah Bakteri Plastik untuk subsiteng.
Sampah organik bisa ditumpuk dan dijadikan kompos. Sehingga kemudian bisa kembali ke tanah, menjadi penyubur alami bagi tanah. Kompos sangat berguna bagi tanah perkebunan.
Kertas bekas pembungkus nasi, bungkus rokok, bahkan kertas-kertas lain yang tipis mau pun tebal, semuanya punya nilai jual.
Oleh karena kepedulian beliau terhadap sampah ini lah, membuat Ibu Eka berinisiatif mendirikan Bank Sampah dan mensosialisasikan peduli sampah.
Bank Sampah Kartini
Bank sampah ini pengumpul sampah yang unik bagi saya. Pasalnya, selama ini saya menganggap penjual sampah paling-paling hanya pemulung. Namun kreatifitas Ibu Eka ini agak di luar biasanya. Ia mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk peduli sampah dan mencoba mengikuti program bank sampah.
Moto Bank Sampah Kartini adalah:
Buanglah sampah pada tempatnya. Jadikan sampah rupiah!
Unik bukan?
Tidak sebatas itu, beliau juga menggandeng Posyandu setempat untuk menghidupkan program peduli sampah dan bank sampah ini. Dimana Posyandu siap menampung sampah untuk kemudian dinominalkan dalam Kartu Amal Kehidupan (KAK). Yakni program dari FKPI (Forum Kader Posyandu Indonesia). Kartu amal kehidupan ini sejenis kartu iuran sumbangan yang nantinya bisa dimanfaatkan untuk kegiatan posyandu bagi kesehatan masyarakat sekitar.
Mulai Peduli Sampah dari Diri Sendiri
Sebenarnya peduli sampah ini bukan hal yang sulit atau merepotkan. Hanya perlu niat yang benar dan mulai mengubah kebiasaan sehari-hari.
Kalau setiap rumah punya kompos, setiap membuang sampah dipisahkan antara sampah organik, non organik, daur ulang, maka semua akan tertata dengan rapi. Pengelolaannya akan lebih praktis.
Jangan membiasakan diri membuang sampah ke sungai atau selokan atau saluran air lainnya. Jangan pula membakar sampah. Tanpa sadar, perbuatan tidak baik ini merusak diri sendiri dan orang lain. Kita mewariskan bumi yang buruk untuk anak cucu kita. Asap merusak pernapasan kita dan orang sekitar kita.
Ibu Eka juga memberikan sedikit saran untuk membuang sisa pembalut dan diapers sekali pakai. Gunting kecil-kecil. Karena sampah ini butuh waktu yang sangat lama untuk terurai dan berpotensi merusak kebersihan air dan tanah.
Saya lebih menyarankan untuk stop diapers dan pembalut sekali pakai. Saya sangat mengapresiasi pondok pesantren tempat putri saya menimba ilmu saat ini, mereka tidak diperbolehkan menggunakan pembalut sekali pakai. Hal kecil yang dampaknya sangat besar. Bayangkan, ratusan santri putri di pondok tersebut tidak menghasilkan sampah pembalut setiap bulannya.
Ya, semua harus dimulai dari kesadaran diri. Dimulai dari hal kecil dan dimulai dari dapur dan rumah kita sendiri.
Komentar
Posting Komentar
Silakan berkomentar dengan baik dan bijak. Terima kasih sudah mampir dan meninggalkan jejak 🤗