Penyebab Gangguan Mental - Belum lama ini kita dikejutkan viralnya berita ibu membunuh anaknya. Belum reda persoalan satu itu, muncul lagi berita serupa yang tak kalah mengagetkan. Sejujurnya saya paling tidak sanggup melihat informasi semacam ini. Selalu skip dan tidak mau tahu. Karena setelah detail, akan ada sakit tersisa di hati. Namun kehebatan media sosial cukup membuat saya 'kalah'. Diskip juga, berita seperti ini hadir dimana-mana.
Gangguan mental. Demikian kesimpulan yang didapat tim medis, hasil observasi terhadap ibu tersebut (kasus ibu dengan tiga anaknya).
Sebagian orang mudah saja men-judge si ibu gila, tidak punya perasaan, tidak punya iman dan setumpuk penilaian negatif lainnya. Secara kasat mata, penilaian tersebut tidak salah. Meski sangat tidak perlu menurut saya, untuk dilontarkan. Terutama di media sosial yang bisa dibaca oleh banyak orang.
Karena perkataan demikian, tidak membantu sama sekali. Apa lagi bagi ibu yang tengah berjuang mengendalikan diri untuk tidak melakukan hal-hal buruk dalam hidupnya. Tapi tentu saya tidak memaksa, berdebat pun percuma. Yang ada bisa-bisa saya yang ikut emosi ðŸ¤.
Oleh karenanya, saya mencoba berbicara di sini. Mengutarakan pendapat, sekaligus pemahaman yang saya punya. Mohon kiranya yang memiliki info lebih mendalam, sudi melengkapi di kolom komentar ya. Terutama memberikan koreksi jika pembahasan saya ada yang tidak tepat.
Maka tidak aneh, jika orang yang mengalami gangguan mental, kelakuan, perkataan atau sikapnya terkadang tampak tidak normal. Karena tanpa disadari, gangguan ini mampu merubah diri seseorang.
Baca juga: Grand Launching Buku Antologi PULIH & Bincang Pulih
Sebenarnya hal ini wajar. Karena rasa lelah dan perubahan hormon pasca melahirkan, mampu menciptakan suasana hati yang tidak terkendali. Barangkali jika saya berkonsultasi ke pusat kesehatan, saya tengah mengalami babybluse. Sayangnya saya tidak memeriksakan diri, karena terbentur pada keadaan.
Yang saya rasakan saat itu, lingkungan rumah sangat menyiksa. Menyusui dua anak sekaligus--jarak usia mereka tidak lebih dari dua tahun--membuat saya seakan mengurus bayi kembar! Sementara tubuh begitu lelah kurang tidur. Ditambah pekerjaan rumah yang tetap harus dilakukan. Sementara suami sering bekerja di luar rumah, bahkan menginap beberapa hari. Sungguh keadaan yang benar-benar tidak kondusif.
Nah, kondisi ekonomi memang bisa dihadapi dengan lapang dada dan pikiran terbuka untuk mendapatkan solusi, jika dalam kondisi normal. Jika kesulitan ini tidak terjadi sepanjang hari, selama bertahun-tahun, jika tidak di dalam tekanan lain. Namun ketika dilengkapi dengan penderitaan lain, rasanya kesusahan bertumpuk ini seakan tak memiliki solusi.
Perasaan makin kacau, seiring tubuh yang lelah karena tetap harus beraktivitas, sementara asupan energi tidak mencukupi. Sungguh membuat emosi tidak terkendali.
Baca juga: Rekomendasi Buku Self Improvement Terbaik
Faktor biaya, waktu dan keadaan geografis juga tantangan bagi penderita gangguan mental, untuk melakukan pengobatan. Belum lagi pemahaman salah yang menganggap gangguan mental, disebabkan oleh gangguan gaib. Kemudian lebih memilih berobat ke non medis.
Setelah mengetahui beberapa penyebab terjadinya gangguan mental, seharusnya kita tidak abai dan menganggap remeh penderitanya. Terlebih menjadi toxic dengan sikap dan perkataan tak bermutu.
Wah, ternyata jadi panjang bahasannya. Oh iya, Mbak Inna di dalam blognya, marlinajourney.com, membahas pula mengenai kesehatan mental. Silakan dibaca untuk menambah referensi ya.
Semoga bermanfaat!
Komentar
Posting Komentar
Silakan berkomentar dengan baik dan bijak. Terima kasih sudah mampir dan meninggalkan jejak 🤗