PPIKPM Gontor edit by me |
Bermula dari postingan saya di facebook, saat mengantar putra sulung saya berangkat tes masuk Gontor, beberapa teman bertanya tentang apa saja syarat masuk Gontor? Bagaimana cara daftar Gontor? Dan pertanyaan lain yang senada. Jawabannya panjang sekali. Saya mulai menyicilnya melalui postingan pertama ini ya Teman. Semoga dapat membantu dan bersabar menunggu postingan selanjutnya. Berikut Persiapan masuk Pondok Pesantren Modern Gontor Darussalam bagian 1.
Tulisan ini buah hasil pengalaman yang pernah saya jalani. Dominasi perasaan dan pandangan personal tentunya tak dapat dipungkiri. Namun, saya pikir, sebagian calon wali santri dan wali santri Pondok Pesantren Darussalam Gontor juga mengalami hal yang sama. Meski mungkin ada sudut pandang berbeda juga. Saya mencoba berbagi sedikit kisah yang semoga bisa memberi pencerahan pada Calon Wali Santri Gontor tahun selanjutnya.
Apa sih Persiapan masuk Pondok Pesantren Darussalam Gontor? Tentu hal ini menjadi pertanyaan utama yang jawabannya menjadi paling urgent bagi orang tua, yang berkeinginan memondokkan anaknya di Gontor. Jawaban pertama adalah, NIAT YANG BENAR. Karena niat adalah penentu pahala atau dosa yang akan kita terima dari amalan yang dilakukan.
Sebagaimana Hadits pertama yang ada di dalam Hadits Arba’in:
Dari Amirul Mu’minin, Abu Hafsh Umar bin Al Khathab Radhiallahu Ta’ala ‘Anhu, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
Sesungguhnya amal itu hanya beserta niat, dan setiap manusia mendapatkan sesuai dengan apa-apa yang diniatkannya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya itu adalah kepada Allah dan RasulNya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia yang diinginkan atau wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu kepada apa-apa yang ia inginkan itu.
(Diriwayatkan oleh Imamul Muhadditsin, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari dan Abul Husein Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi, dalam kitab shahih mereka yang merupakan kitab hadits paling shahih), dikutip dari ponpes alhasanah sch id/30/06/20.
Pic by me |
Pertanyaan yang harus dijawab dengan benar oleh calon wali santri Gontor adalah, Mengapa saya ingin memondokkan anak ke Gontor? Seperti tulisan besar yang selalu terpampang di gerbang masuk pintu Ponpes Gontor: “KE GONTOR APA YANG KAU CARI?” Sepertinya sepele ya. Tapi jawaban dari pertanyaan ini sangat memengaruhi ke depannya.
Bagi sebagian orang (orang tua), masuk Gontor menjadi prestise tersendiri di masyarakat. Karena besar dan hebatnya nama Gontor seantero Nusantara bahkan sampai ke luar negeri, didukung dengan sejarah berdiri dan alumninya yang memang patut diacungi jempol. Tapi mohon maaf, menurut saya, niat untuk prestise ini salah besar! Prestise tidak menjamin surga, malah jelas menunjukkan bahwa kita mengejar dunia. Mengejar dunia tak akan ada sudahnya.
Anak adalah investasi akhirat. Begitu yang saya yakini. Kejar akhirat, karena akhir segalanya adalah surga atau neraka. Salah mendidik anak, akan mengantarkan kita pada bara api neraka, naudzubillah. Saya selalu sedih jika membayangkan saya tidak bisa mendidik anak-anak menjadi anak yang saleh. Seakan tak dapat apa-apa. Saya juga menyadari, mendidik jaman sekarang sangat berat tantangannya. Lingkungan, gadget, pornografi, game online, tv, narkoba, semuanya menjadi ancaman terbesar.
Pic udah izin yak 😅 |
Jujur, saya dan suami sudah berusaha semaksimal mungkin membatasi hal-hal yang mengarah pada keburukan tersebut. Kami bahkan berusaha menyekolahkan anak di sekolah Islam swasta yang notabenenya tidak murah bagi kami. Demi apa? Demi membantu kami mendidik mereka. Apakah kami mampu? Sesungguhnya Allah lah yang memampukan. Niat kami untuk kebaikan anak-anak.
Tak sebatas itu, kami juga meng-upgrade diri, belajar menjadi orang tua yang baik dengan mengikuti beberapa seminar dan pelatihan parenting. Akan tetapi, di atas segala cara yang sudah kami ikhtiarkan tersebut, kami menyadari bahwa kemampuan kami tak sebanding dengan tantangan jaman era digital ini.
Awalnya hanya saya yang berkeinginan kuat memondokkan anak sulung kami. Sejak ia kelas dua Sekolah Dasar, saya sudah bertekad untuk memondokkannya saat ia SMP nanti. Saya tahu, suami belum sependapat dengan saya, namun ia tidak terang-terangan menentang. Maka sejak itu, saya selalu sounding ke anak pelan-pelan. Termasuk memberi pemahaman kepada suami tentang keinginan saya memondokkan putra sulung kami. Beryukur sekali, suami akhirnya satu pikiran dengan saya.
Saya arahkan keseharian putra saya untuk bekal di pondok nanti. Berlatih kemandirian, dan meluruskan pola pikirnya. Saya jelaskan, bahwa mondok itu nyaman, karena ibadah dan keimanan kita terjaga. Bukankah yang paling nikmat adalah khusuk dalam beribadah?
Dengan mondok, Kakak bisa menghapal Al-Qur’an. Bisa memberikan mahkota untuk umi dan abi di Surga nanti. Kakak jadi anak saleh, bisa ngajak umi abi ke surga. Kakak bisa menasihati adik-adik biar menutup aurat dan jadi anak yang salehah.
Demikian saya utarakan kepadanya. Betapa besar manfaat mondok.
Sesekali saya katakan juga, kalau di pondok, kakak harus bisa mengurus diri sendiri. Mencuci baju sendiri, belajar yang tekun dan disiplin. Mondok memang enak, tapi akan banyak bagian yang juga butuh keteguhan dan ketegaran. Begitu saya selalu menanamkan di dalam pikirannya tentang Mondok. Berusaha menumbuhkan keinginannya untuk menuntut ilmu di pondok pesantren beserta menggambarkan konsekuensi yang mungkin akan dihadapi di sana. Ini lah poin kedua persiapan masuk Ponpes Gontor: TUMBUHKAN KEINGINAN MONDOK PADA ANAK.
Secara ringkas, cara yang saya lakukan untuk menumbuhkan keinginan anak mondok, adalah dengan:
1. Mendidiknya secara Islami sejak kecil. Kenalkan indahnya Islam dan nikmatnya ibadah. Tumbuhkan rasa cinta pada Allah dan Rosulullah. Memang tidak mudah, karena anak peniru ulung. Maka sebagai orang tua, sudah kewajiban kami berusaha mensalehkan diri agar anak-anak dapat menjadi saleh. Memberikan lingkungan yang Islami untuknya bertumbuh, baik di sekolah maupun di rumah.
2. Tumbukan kemandirian sejak dini dalam melakukan hal-hal sederhana di dalam rumah. Kemandirian melakukan pekerjaan rumah, semacam mencuci piring sehabis digunakan makan, membuang sampah, bertanggung jawab membereskan benda yang dipakai, terutama kemandirian untuk mengurus diri sendiri. Bahkan teman saya, sudah membiasakan mencuci baju sendiri pada putranya sejak kelas tiga SD. Apakah ini kejam? Menurut saya tidak. Dia mampu karena dia belajar dan terbiasa mengerjakannya.
3. Tidak hanya mengobral kemanisan semata saat nanti di pondok. Karena pada kenyataannya, jauh dari orang tua, menahan rindu, kehilangan fasilitas semacam AC, HP, dan TV, ditambah peraturan pondok yang begitu disiplin, dengan pemberlakuan hukuman pada pelanggaran, juga wajib dijelaskan kepada anak.
Masih ada poin selanjutnya yang ternyata panjang kalau saya jabarkan di sini. Tunggu kelanjutan postingan ini ya, insha Allah lebih detail tentang Gontor. Sebelum itu, boleh dong melipir ke blognya Mbak Bayu Fitri. Beberapa informasi menarik ia tuliskan di sana. Termasuk tips-tips yang unik dan bermanfaat.
So, apa niat Bapak, Ibu, ingin memasukkan anak ke Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor? Mari luruskan niat.
Bener banget mbak, mendidik anak jaman sekarang lebih berat tantangannya. Karena begitu banyak berita2 yang didapat secara cepat melalui HP, gadget dkk. Takut mrka salah memilih berita dan akhirnya terjerat dlm berita2 hoax. Tambah lagi segala ruang di dunia maya sangat gampang sekali di akses. Kita yg orang tua terkadang was. -was. Dan menuntut kita sebagai ortu untuk bisa melek juga teknologi agar tau apa yg anak2 kita lakukan dgn dunia maya. Saya juga memiliki ketakutan jika tidak bisa mendidik ank dengan benar. Semoga kita bisa membimbing ank2 kita ke jalan yg benar ya mbak 😇😇
BalasHapusJadi inget dulu adikku mau dimasukkan ke Gontor, udah siap semua pas hari H dianya nangis ga mau. Btw sekarang kurang hits nama pesantren ini ya.
BalasHapusMasyaAllah putranya masuk Gontor ya kak, keren banget nih semoga bisa menjadi orang yang sholeh kelak putranya ya kak... Gontor ini dekat banget dengan rumahku dulu kak
BalasHapusMasuk pesantren ini perlu kesiapan mental bagi anak dan materi bagi orang tua ya mba
BalasHapus