Dataran Tinggi Dieng
Sumber foto kompas.com 26/Juli/20
Sumber foto kompas.com 26/Juli/20
Negeri Kayangan di atas Awan ternyata bukan khayalan belaka. Pesona mewahnya adalah maha karya Tuhan tanpa Cela. Keajaiban yang hanya dapat ditemukan di tanah Dieng, Jawa Tengah.
Dataran tinggi Dieng terletak di provinsi Jawa Tengah. Kawasan ini terbagi dalam dua kecamatan pada dua kabupaten berbeda, yakni kecamatan Batur, kabupaten Banjarnegara (70%), dan kecamatan Kejajar, kabupaten Wonosobo (30%), dspace.uii.ac.id.
Berbicara tentang Dieng selalu menarik perhatian. Pasalnya, segala yang berkenaan dengannya, merupakan sesuatu yang tidak biasa. Tak semua tempat memiliki. Baik dari segi keindahan alam, sejarah, maupun kebudayaan.
Kali ini, saya ingin mengajak pembaca sekalian untuk mengenal, sekaligus menikmati kekayaan negeri kayangan di atas awan ini. Sesuatu yang membuat saya tercengang dan berdecak kagum.
Kemewahan Alam
Sunrise terindah di Asia Tenggara adalah Sunrise yang ada di Dieng.
Pagi yang luar biasa. Ketika dapat menikmati cantiknya sunrise berwarna kuning kunyit, sempurna menyelimuti kawasan Dieng. Meski udara dingin mencapai 6°C pada dini hari menjelang subuh itu, meski terjal dan gelapnya jalan menanjak yang dilalui menuju puncak, tak mudah ditaklukkan, namun perjuangan melewati semua itu tak ada apa-apanya dengan pemandangan sunrise Dieng nan mewah menawan.
Baca juga: Palembang : Kunjungi Dua Museum ini! Terasa Sum-Selnya
Untuk menikmati keajaiban golden sunrise terindah di Asia Tenggara ini, kita harus mengunjungi Desa Sembungan. Yakni desa tertinggi di Pulau Jawa, kabupaten Wonosobo. Perlu istirahat sejenak, atau akan lebih baik jika bermalam di sana. Karena untuk mendapatkan pemandangan menakjubkan menjelang pagi, kita harus mendaki sekitar satu kilometer dari desa Sembungan menuju Puncak Bukit Sikunir.
Jalan yang dilalui tentu saja menanjak. Pada satu persimpangan, ada yang disebut Tanjakan Jomlo. Diyakini, bagi jomlo yang melewati, tak boleh menoleh ke belakang. Suatu kepercayaan yang unik.
Butuh waktu kurang lebih 20 menit menuju Puncak Bukit Sikunir. Kita bisa mencari tempat ternyaman untuk menyaksikan sunrise. Lalu keajaiban itu muncul. Perlahan namun pasti terpampang di depan mata.
Awan bergumpal, bergelombang menyerupai kapas-kapas putih, terhampar indah menutupi pandangan ke arah bawah. Kabut berarak mengikuti arah angin, namun setia menyelimuti sekeliling Dieng. Patutlah disebut negeri di atas awan.
Telaga Warna dan Telaga Pengilon dari atas Batu Ratapan Angin Sumber foto travel.tribunnews.com/19/3/20 |
Setelah menikmati keindahan di Bukit Sikunir, masih banyak lagi tempat lain yang dapat dikunjungi di Dieng. Kawah Sikidang salah satunya. Kawah ini memiliki suhu air yang tinggi. Bisa matang kalau merebus telur di sana. Kemudian Batu Ratapan Angin. Dari namanya yang unik dan menarik saja, sudah mengandung kisah di balik penamaannya.
Dari atas batu ini, kita dapat memandang hamparan luas bernuansa hijau. Lukisan alam begitu megah nan menyejukan dipandang mata. Disempurnakan dengan tebing-tebing artistik, persawahan tertata rapi sedemikian rupa, dan bukit-bukit yang indah menawan, terbentuk bagai dinding raksasa. Sebagai pelengkap keistimewaan Dieng, adalah tampak atas Telaga warna dan Telaga Pengilon. Sesuai namanya, telaga warna, airnya dapat berubah-ubah warnanya.
Air Terjun Sikarim juga menawarkan keindahan tiada tara. Dari desa Sembungan, membutuhkan waktu 20 menit menujunya. Tingginya sekitar 24 meter dengan undakan batu yang seakan ditata terbentuk sedemikian unik. Airnya dingin seperti air es. Namun bersih dan jernih. Bagi saya, semua tempat ini membuat bibir berdecak kagum. Menyadarkan diri atas kekuasaan Tuhan yang Maha Esa.
Meskipun saya baru menikmatinya secara virtual, namun apa yang
terekam oleh mata, mampu membawa saya pada pengalaman perjalanan yang seakan
nyata. Keindahan bak lukisan, kesegaran udaranya, seperti benar-benar dapat
saya nikmati. Semoga suatu hari, saya berkesempatan mengijakkan kaki di Negeri
kayangan atas awan ini.
Kemewahan Sejarah dan Cagar Budaya
Komplek Candi Dieng Sumber foto berbol.co.id/20/7/19 asal situsbudaya.id. |
Ditemukannya sejumlah candi di dataran tinggi Dieng, merupakan suatu kekayaan budaya yang membuktikan adanya peradaban kehidupan terdahulu.
Sebut saja Candi Arjuna, Candi Srikandi, Punta Dewa, Sembadra, Candi Semar dan Candi Bima. Keberadaan candi-candi tersebut memiliki nilai plus tersendiri bagi Dieng. Keunikan bangunan candi yang merupakan perpaduan antara kebudayaan India dan hindu menjadi sesuatu yang menarik ditelaah asal mulanya.
Lalu dari benda-benda bersejarah inilah, fakta-fakta leluhur terdahulu terungkap. Baik dari segi geologi maupun seni bahkan kebudayaan. Dari struktur bangunan candi, dapat disimpulkan bahwa pada zaman itu, orang-orang telah memiliki ilmu tentang memilih tanah yang baik dan cara membangun candi yang kuat. Terbukti dari kokohnya candi-candi tersebut hingga ribuan tahun.
Keberadaan candi ini juga membuktikan bahwa Dieng merupakan pusat ritual keagamaan kala itu. Mengingat candi pada zaman tersebut, difungsikan sebagai tempat pemujaan dewa.
Masih ada Situs Dharmasala, Tuk Bima Lukar (pancuran pensucian diri), dan sejumlah gua yang berada di Dieng. Sungguh kemewahan tiada tara. Tak cukup satu minggu untuk mengeksplor semua cagar budaya Dieng.
Kemewahan warisan budaya takbenda
Upacara pemotongan rambut gimbal Dieng Sumber foto travel.tempo.co/28/4/18 |
Berkenaan dengan keunikan cagar budaya yang dimiliki Dieng, sudah pasti warisan budaya takbenda tercakup di dalamnya. Misalnya saja Pancuran Bima Lukar, dipercaya sebagai tempat pensucian diri. Sebelum memasuki komplek percandian untuk melakukan ritual keagaamaan, leluhur dahulu mewajibkan membersihkan diri di Tuk Bima Lukar. Oleh karena itu, kepercayaan atas kesucian air mengalir tersebut, masih melekat sebagai budaya yang dipercaya masyarakat di sana.
Baca juga: Objek wisata di Palembang
Satu keunikan lagi di desa Sembung, terdapat anak yang berambut gimbal. Masyarakat sekitar menyebutnya 'anak gembel'. Kata gembel di sini bukan bermakna pengemis atau anak jalanan, tetapi artinya adalah gimbal, rambut gimbal.
Anehnya, gimbal ini bisa dialami siapa saja. Meski orang tuanya tidak gimbal, salah satu anaknya bisa mengalami rambut gimbal. Menariknya, gimbal ini tidak terlihat saat lahir. Ada sebuah kisah yang dialami seorang anak gimbal. Pada usia empat bulan, anak ini mengalami sakit panas, hingga harus dirawat di Rumah Sakit. Setelah itu, rambutnya langsung menggumpal sedikit demi sedikit menjadi gimbal. Demikian berkali-kali terjadi, panas tinggi, kemudian gimbal bertambah.
Dipercaya sebagai orang pilihan, keturunan Kiai Kolodete, penjaga Dieng, ada perlakuan berbeda terhadap anak-anak gimbal ini. Rambut gimbal mereka hanya boleh dipotong dengan prosesi adat khusus. Hanya lelaki yang boleh memotongnya. Kemudian dilarung (dihanyutkan) di telaga warna. Anak gimbal juga boleh meminta sesuatu sebagai balasan pemotongan rambut gimbal mereka. Entah itu boneka, sepeda atau benda lain keinginan mereka. Hal ini harus dipenuhi. Karena jika tanpa prosesi tersebut, anak gimbal bisa jatuh sakit. Hadiah ini juga sebagai tanda penghormatan kepada anak gimbal, sebagai keturunan Kiai Kolodete.
Pesona Dieng merupakan kekayaan Indonesia. Menjadi bagian tugas kita lah menjaga kelestariannya. Tentu dapat dilakukan dengan hal kecil yang bisa dimulai dari diri sendiri. Contohnya:
1. Jangan buang sampah sembarangan saat berkunjung ke Dieng.
2. Jangan melakukan perusakan, termasuk coret menyoret di area Dieng.
3. Saling menghormati dan menghargai perbedaan keyakinan atau kepercayaan, karena perbedaan ini adalah salah satu bentuk keragaman Indonesia.
4. Patuhi peraturan yang diberlakukan saat mengunjungi Dieng. Berkenaan dengan warisan budaya takbenda, sudah pasti ada ketentuan khusus di sana, sesuai dengan kepercayaan bahwa Dieng sebagai tempat yang sakral.
5. Berhati-hati saat melakukan pendakian atau eksplorasi keunikan Dieng. Menjaga keselamatan, termasuk menjaga nama baik tanah Dieng.
Indonesia
itu kaya! Apa yang dimiliki dataran tinggi Dieng, cukup mewakili kekayaan
tersebut. Tak perlu jauh-jauh mencari keindahan dan keunikan hidup. Kunjungi
Dieng! Maka akan kita temukan kemewahan dunia terindah yang mengingatkan pada
keagungan Tuhan, dalam Pesona Mewah Dieng, Negeri Kayangan di atas Awan.
***
Referensi:
Youtube: Trans TV Official, Hendro Setiadi, G-Media Net, CNN-Indonesia
Jadi kangen DCF, sayangnya kemarin nggak bisa liat langsung karena tahun ini DCF virtual. Uhuhu
BalasHapusSungguh rasanya sakral banget hadir di tengah2 pemotongan rambut gimbal anak2 Dieng :)
Bisa ngebayangin mbak. Memang adat yang sakral dan Selain unik.
Hapusfix rimdu dieng beneran.. dlu pertama kali aq ksana thun 2014..jalan terjal dan mash tanah dan bebatuan.. thun 2019 jalan naik ke atasnya udh semen gtu mba.. udh enak..ga tkut2 licin saat hujan😆
BalasHapusSekarang kayanya sudah lebih bagus jalannya. Tapi ya tetap harus siap stamina 😁
HapusTernyata masih jelajah virtual. Sama nih, aku juga jadinya dibawa jelajah virtual ke Dieng melalui postingan ini. Meskipun virtual, aku udah kebayang gimana dinginnya di sana, ditambah dulu udah pernah diceritain sedikit sama temenku di sini. Penasaran nih, karena ga semua foto dimasukkan ke blogpost ini hehe. Semoga suatu saat kita bisa ke Dieng ya kak. Semoga Dieng juga senantiasa bersih dan lestari.
BalasHapusAamiin... Semog bisa menginjakkan kaki di tanah Dieng.
HapusDulu pernah mau ke Dieng tapi gagal, pengen banget ngerassain keindahan sunrise di Dieng.
BalasHapusMakin pengen pas baca atau nonton tentang Dieng ya. Bagus banget, aku sampe pengen nangis lihat sunrise Dieng, meskipun sebatas virtual. Apa lagi aslinya....
HapusPengen banget pergi ke Dieng, dulu sudah pernah tapi ga bisa eksplore karena hujan. Huhu..di sana juga hawanya dingin banget. Beli air mineral seperti air es.
BalasHapusAsyik ya mbak pastinya. Udah dingin, tambah hujan pula. Kebayang bekunya. Bukannya eksplore, yang ada gelungan sama selimut. Ha ha ha. Kapan2 ke Dieng lagi aja.
BalasHapusAku belum pernah ke Dieng. Baca ini jadi pingin karena pemandangan bak kayangan negeri di atas awan 😊
BalasHapusKayanya kurang wawasan sebelumnya soal Dieng ini. Ternyata cantik ya tempat wisatanya. Sunrise nya cantik banget
BalasHapusJadi pengen ke Dieng sembari wisata alam dan budaya. Cuma masih nunggu setelah pandemi ini
BalasHapusHiiikkksss... Jiwa liburanku meronta-ronta nih mom
BalasHapusWaktu kuliah aku sering bolak balik ke dieng. Sempet ikut event pemotongan rambut gembel, eh malamnya malah kedinginan, menghigil abis, ga jadi motret deh ahahaha
Tulisan ini bikin kangen Dieng. Aku ke Dieng tahun 2015 cuman berdua sama suami dan mengunjungi tempat-tempat yang mbak tulisan. Bagus sekali memang Dieng :)
BalasHapusterakhir ke DIeng tahun 2016, ada beberapa tempat waktu itu yang masih baru dan belum ramai pengunjungnya, enak banget nyaman. Jadi pengen balik lagi ke sana
BalasHapusYa ampuun makin kepengen jadinya ke Dieng.. padahal udah dari dulu banget kesana 😁
BalasHapusAduh jadi kangen dieng, kangen wonosobo. Alamnya indah, makanannya enak. Setelah memanjakan mata dan menghirup udara sejuk, lanjut makan manisan Carica dan mie ongklok. Masya Allah nikmatnya. Aku selalu pengen lihat secara langsung upacara pemotongan rambut gimbal. Semoga kelak bisa terwujud
BalasHapusSudah pernah ke Wonosobo, tapi belum pernah ke Dieng *hiks.
BalasHapusKalau lihat foto dan video tentang Bukit Sikunir rasanya pengenn banget ke sana. Semoga suatu saat terkabul. Aamiin.
pengen ke dieng ya..pasti skrg lebih asri krn ga banyak wisatawan ke sana ya mbak
BalasHapusAku tuh suka bgt sama pemandangan alam begini, tapi sejak punya anak ngebolang itu kayanya udah gak bisa. Mungkin karena masih kecil kecil.
BalasHapusNgeliat sunrise dari atas gunung itu adalah hal yang tidak bisa dilukiskan dengan kata2..
Masyallah cantiknya..
Kangen deh liat sunrise lagi...
Aku rindu dieng dan dinginnya. Dimana mau beli gorengan baru mateng aja udah dingin. Terus udara semilir di puncak sikunir, dieng emang keren
BalasHapusPingin banget ke Dieng tapi belum kesampaian. Waktu saudara pada ke sana, aku ketinggalan dunk. Alhasil nggak ikutan dan hanya bisa ngelihatin foto-foto mereka aja hehe
BalasHapusDulu saya sudah ada rencana ke Dieng bareng sahabat. Eh nggak keburu karena beberapa bulan dari bahsan itu saya menikah. Keburu punya anak juga, dan sekarang malah corona. Jadi makin ketunda deh. Semoga nanti ada kesempatan yang pas untuk menikmati pesona keindahan negeri kayangan, Dieng ^_^
BalasHapusSemoga suatu saat bisa ke Dieng, aamiin karena pesonanya memang indah, dan memang bener banget kudu banget bagi yang berkunjung untuk menjaga kelestariannya
BalasHapusDieng itu mempunyai pesona terbaik yang pernah ku datangii, warganya juga ramah2
HapusJadi inget pas suami stase purwokerto diajakin ke dieng, tp ga jadi entah kenapa huhu. Klo ga salah pas dieng lagi dingin bgt dan kita ga prepare baju hangat
BalasHapusjadi inget pas stase purwokerto suami ngajakin ke dieng tapi ga jadi huhu. Lupa karena apa, kayaknya gara-gara lagi dingin banget disana dan engga bawa baju dingin
BalasHapusLiat ini bikin kangen liburan. Dieng emang indahnya masya allah, kaya liat surga dunia, disana betah, makanya selalu kangen balik kesana
BalasHapusMasya Allah... Cantik banget sih dieng ini. Aku belum pernah ke sini sama sekali. Jadi penasaran sama tempatnya deh
BalasHapussambil baca sambil bayangin gimana bagusnya dieng apalagi klo datang ke dieng langsung ya pasti tambah takjub, semoga bisa kesana setelah pandemi ini aamiin
BalasHapusMakasi mmbaaa....
BalasHapusaku jadi berasa di bawa jalan2 virtual, kebetulan belum pernah ksana nih :) indah nian yahh
Pesona Dieng memanggilku pengen ke sana. saya aslinya jawa tengah. Hanya lahir dan besar di Sumatera. Semoga bisa berkunjung ke sana sutu hari nanti.
BalasHapusAku pun ingin sekali. Semoga kita berjodoh dengan Dieng ya...
Hapus