Judul: Hijrah Journey
Penulis: Anggota komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) 26 orang penulis
Penerbit: Najmu Books Publishing
Halaman: x + 183 Hal.
Buku antologi ini memberikan siraman rohani yang begitu menyejukkan. Saya berkali-kali terenyuh membacanya. Menjadikan hati meresapi semua kata yang ada, bukan sekadar membaca, namun ikut merasa dan mengambil hikmah.
Mungkin karena niat dan maksud sedari awal para penulisnya adalah demi memberi kebaikan, maka tak salah, jika setiap tulisannya benar-benar melahirkan kebaikan bagi pembacanya.
Hijrah pada intinya berubah dan berproses dari keadaan yang kurang atau tidak baik, menjadi lebih baik. Sesederhana itu saja pemaknaannya. Cerita yang terdapat dalam buku ini, menggandung makna hijrah demikian. Akan tetapi, tidak hanya sebatas itu, kekayaan tak ternilai terdapat dalam setiap ceritanya. Kisah-kisah perjalanan menjadi lebih baik dikemas sedemikian apik. Mudah dicerna dan melingkupi hampir seluruh lini permasalahan kehidupan. Hal ini wajar, karena 26 orang penulisnya merupakan anggota komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis, yang sudah memiliki ‘sejarah’ dalam dunia kepenulisan. Beberapa diantaranya bahkan memiliki puluhan buku antologi dan buku solo.
Apa saja isi buku ini? Ada kisah tentang mempertanyakan kebenaran sebuah keyakinan, oleh Lelly Fitriana. Ia menuliskan satu kalimat yang menyentuh bagi saya:
"Keyakinan itu untuk diyakini. Bukan untuk dipertanyakan." (Hal. 1). Lebih lengkap penjelasannya silakan baca kisahnya ya.
Tentang hijrahnya wanita pekerja malam, oleh Efi R Suwandy. Tentang perjuangan menutup aurat, perjalanan meninggalkan riba, tentang anak yang terlupakan, bahkan mengenai beratnya seorang istri yang harus dimadu karena tak mampu memberi keturunan.
Buku ini komplet! Setelah membacanya, hati dan pikiran terasa sejuk. Mengambil hikmah dari semua kisahnya, menjadikan diri seakan berkaca; bahwa hidup harus lebih dimaknai, bahwa kesulitan yang saya hadapi tidaklah seberat yang saya kira, bahwa takdir selalu bermuara pada Sang Pencipta, maka bersyukur, bersabar dan berusahalah.
Nampang dulu sama buku sendiri 🤗 |
Barangkali melalui membaca buku ini, hidayah akan menyapa hati kalian. Maka sambutlah, temukan dan nikmati kehangatan hidayah itu. Seperti yang dituliskan Indari Mastuti dalam kata pengantar buku ini:
"Bila cahaya hidayah menyapa, seseorang seolah terlahir kembali dari rahim ibundanya. Hijrah yang totalitas akan membawa pada akhir metamorfosa yang memesona. Namun jangan hanya proses awalan saja yang disambut dengan semangat membara. Jagalah terus hingga ruh tercerabut dari raga."
Ya, cari hidayah, temukan, peluk, pupuk dan terus dijaga. Seperti saya katakan, mungkin hidayah itu berawal dari buku ini. Maka mulailah membacanya dengan Bismillah, lalu buka hati, resapi dan ambil hikmah.
Berikut beberapa kalimat yang mampu menjadi moodboster saya setelah membaca buku ini. Semoga dapat menginspirasi. Akan sangat bagus jika kamu membaca keseluruhan isi buku ini ya:
"Sungguh, jangan menilai seseorang dari masa lalunya. Karena Allah maha membolak-balikkan hati." Hal. 27
"Ketika kau jatuh tersungkur hingga tak mampu lagi berdiri, yang kau mampu hanya bersujud. Disitulah kau akan menemukan Hijrahmu sesunggugguhnya." (Umi Kulsum MP), hal. 94.
"Jika saat ini aku mundur dari karir dan dianggap gagal, aku masih bisa mengulangnya di waktu lain. Tapi jika aku gagal mendidik anak, maka tidak akan pernah ada waktu untuk mengulangnya." Hal. 100.
"Hidayah itu diberikan gratis, namun eksklusif. Karena hanya diberikan langsung oleh yang Maha Kuasa bagi orang yang dikehendaki-Nya."
Hanya saja, minusnya buku ini terletak pada kualitas cetaknya. Setelah selesai membacanya—memang beberapa kali dibawa di dalam tas—pada bagian akhir buku, lembarannya agak terlepas. Sepertinya kualitas lemnya yang kurang baik. Namun, hal ini tidak mengurangi manfaat. Hanya perlu perawatan dan penjagaan ekstra saja.
Palembang, 22 November 2019.
Komentar
Posting Komentar
Silakan berkomentar dengan baik dan bijak. Terima kasih sudah mampir dan meninggalkan jejak 🤗