pixabay.com |
Memberi bukan berarti berkurang
Ibarat air di dalam gelas yang terus menerus diisi, ia akan
tumpah karena tak tertampung. Namun apabila isi gelas itu dituang ke gelas
lain, ia akan terus terisi air baru lagi dan lagi tanpa harus
meluber sia-sia.
Seorang guru, akan makin cerdas dan pintar selama ia terus mengajar, terus
mentransfer ilmu yang dimiliki kepada siswanya. Karena, itu berarti ia juga akan
terus belajar untuk menambah dan memperbaharui pengetahuan dan kemampuan. Sesuai
dengan kemajuan yang selalu membentuk perubahan.
Begitu juga saat kita memberi. Hakikatnya bukan berkurang,
melainkan bertambah. Semakin banyak kita berbagi, akan semakin banyak pula kita menerima. Mungkin bukan dalam bentuk yang sama,
namun pasti berkali lipat dan terus menerus. Sebagai umat muslim,
hal ini sudah dijanjikan oleh Allah SWT dalam Al-qur'an, diantaranya dalam surat:
Al-baqarah 245: "Barangsiapa
meminjami Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah melipatgandakan ganti
kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan rejeki dan kepadanyalah
kamu dikembalikan."
Al-baqarah 262: "Orang
yang menginfakan hartanya di jalan Allah, kemudian tidak mengiringi apa yang
dia infakkan itu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima),
mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka dan mereka tidak bersedih
hati."
Al-aqarah 265: "Dan
perempumaan orang yang menginfakkan hartanya untuk mencari ridha Allah dan
untuk memperteguh jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran
tinggi dan disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buah-buahan
dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka embun (pun memadai),
Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan."
At-taubah 20: "
Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dengan
harta dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka
itulah orang-orang yangg memperoleh kemenangan."
Mengapa Harus Memberi?
Secara pribadi, saya merasa senang jika mendapatkan
pemberian dari orang lain. Baik sekedar cenderamata atau oleh-oleh. Apalagi diberi
pada saat saya sedang membutuhkan. Dengan satu alasan ini, terpatri dalam hati,
bahwa saya harus bisa memberi, harus mau dan berusaha untuk mampu berbagi pada
orang lain.
Memberi dalam hal ini, adalah segala
bentuk sesuatu yang kita serahkan atau kita lakukan untuk kebaikan orang lain.
Dalam Islam ada yang disebut zakat, infak, sedekah dan wakaf. Tidak harus bentuk
uang dan harta, tenaga bahkan senyuman yang ikhlas dari hati pun merupakan sedekah.
Sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut:
"Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim)
adalah (bernilai) sedekah bagimu." HR. At-Tirmidzi (no.
1956), Ibnu Hibban (no. 474 dan 529) dll, dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban,
dan dinyatakan hasan oleh at-Tirmidzi dan syaikh al-Albani dalam “ash-Shahihah”
(no. 572).
"Menampakkan wajah ceria dan berseri-seri ketika bertemu dengan seorang muslim akan mendapatkan ganjaran pahala seperti pahala bersedekah," terdapat dalam kitab Tuhfatul ahwadzi (6/75-76), dikutip dari muslim.or.id (30/5/10).
"Menampakkan wajah ceria dan berseri-seri ketika bertemu dengan seorang muslim akan mendapatkan ganjaran pahala seperti pahala bersedekah," terdapat dalam kitab Tuhfatul ahwadzi (6/75-76), dikutip dari muslim.or.id (30/5/10).
Namun begitu, sebaik-baik pemberian adalah sesuatu yang dapat membantu
secara nyata terhadap kehidupan seseorang. Pada umumnya, bantuan yang dapat
lebih cepat dan tepat untuk dikelola dan disampaikan kepada yang membutuhkan,
adalah bantuan dalam bentuk uang.
Sebagai seorang muslim, zakat adalah sebuah kewajiban yang harus dibayarkan
sesuai kadarnya. Selain itu juga kita dapat berinfak dan memberikan sedekah. Salah satu badan
pengurus zakat yang terpercaya, dan amanah adalah DOMPET DHUAFA, yakni sebuah
lembaga sosial kemanusiaan, yang bersumber dari ZISWAF (zakat, infak, sedekah,
dan wakaf) untuk kemudian disalurkan membantu masyarakat miskin dan kaum dhuafa
yang membutuhkan. Kita bisa menghitung besaran zakat penghasilan dan zakat
harta di website resmi Dompet Dhuafa, atau langsung di sini. Sementara untuk menghitung besaran zakat usaha bisnis,
bisa mendapatkan keterangan dari sini.
Selain itu, keyakinan
bahwa dalam harta yang saya miliki ada hak fakir miskin dan anak yatim
didalamnya, menjadi dorongan kuat untuk berbagi. Keberkahan atas apa yang saya miliki, akan saya rasakan setelah memberikan
bagian seharusnya pada yang berhak menerimanya.
Mengapa harus takut berbagi? Ya, kadang memberi menjadi hal yang sulit jika
kita ‘merasa’ tidak memiliki dan tidak mampu. Namun untuk saya, sebagaimana
agama saya mengajarkan: Memberi akan
menambah keberkahan dan nikmat bagi si pemberi. Seperti yang saya jelaskan
pada awal tulisan saya. Maka insyaalloh,
saya tidak takut berbagi.
Tentang ini, saya pernah mengalaminya. Betapa janji Allah itu pasti. Pernah
suatu hari dipengajian, ada penggalangan dana untuk korban bencana alam. Saya hanya punya uang 7 ribu kala itu. 5
ribu untuk ongkos pulang, dan artinya hanya bersisa 2 ribu rupiah. Sebenarnya
bisa tidak mengeluarkan ongkos jika suami menjemput, namun suami bilang ada
pekerjaan, jadi kemungkinan tidak bisa menjemput.
Membayangkan saudara-saudara yang terkena musibah, saya sangat terenyuh.
Bagaimana jika saya di posisi mereka? Sanggupkah saya kehilangan harta benda
dan orang-orang tercinta? Hanya air mata yang mampu mewakili perasaan getir
itu. Maka saya bulatkan tekad. 7 ribu ini saya sumbangkan semua untuk mereka.
Biarlah nanti saya cari tumpangan atau berjalan kaki meski jauh.
Mengapa saya hanya memegang uang 7 ribu? Karena memang kami dalam keadaan
sulit. Suami pun hanya memegang uang 15 ribu didompetnya. Kalau-kalau pecah ban
atau kehabisan bensin.
Ketika pengajian selesai, saya bingung, namun tetap menampakkan wajah
tenang pada teman-teman. Mereka tidak bisa memberi tumpangan karena tidak
searah. Saya putuskan untuk berdiam diri sejenak di masjid itu. Tak lama suami
sms, mengatakan bahwa dia bisa menjemput. Alhamdulillah...
saya dapat bernafas lega.
“Mi, besok bisa beli beras. Abi dapat rejeki,” tutur suamiku. Aku langsung
teringat uang 7 ribu yang kuinfakkan tadi. Ya Allah... dalam beberapa detik
saja Kau telah membuktikan janjimu. Maka tak ada keraguan untuk memberi dan
berbagi. Hanya pandai-pandailah bersyukur, agar selalu merasa cukup. Logika
manusia tak mencapai sedikit pun hitungan langit.
Bingung mau menyalurkan ziswaf kita ke mana? Hem... mungkin ini juga salah
satu alasan kita tidak jadi berbagi. Tapi jaman sekarang, ini bukan lagi
alasan! Ada DOMPET DHUAFA yang dapat
menjadi pilihan terpercaya untuk berdonasi. Berbagi makin mudah dan cepat,
melalui layanan online Dompet Dhuafa. Ada beberapa pilihan layanan dari Dompet Dhuafa untuk menyalurkan donasi, yakni:
- Melalui transfer bank
- Langsung ke counter pelayanan yang tersebar dibeberapa tempat strategis, seperti mall. Atau langsung ke kantor Dompet Dhuafa
- Care visit (meninjau langsung lokasi program)
- Tanya jawab zakat
- Edukasi zakat
- Laporan donasi, dan
- Melalui kanal donasi online, caranya gampang, silahkan KLIK DI SINI. Anda tinggal memilih sesuai kebutuhan dan keinginan. Apakah akan membayar ZAKAT, KEMANUSIAAN, atau WAKAF. Kemudian pilih lagi spesifikasi yang akan anda tuju untuk berbagi. Isi data dan transfer jumlah donasi anda. Semudah itu!
Masih menjawab pertanyaan, mengapa harus berbagi? Saya menilik data dari
Badan Pusat Statistik, bahwa persentase penduduk
miskin pada September 2018 sebesar 9,66 persen menurun 0,16 persen poin
terhadap Maret 2018 dan menurun 0,46 persen poin terhadap September 2017. Jumlah
penduduk miskin pada September 2018 sebesar 25,67 juta orang menurun 0,28 juta
orang terhadap Maret 2018 dan menurun 0,91 juta orang terhadap September 2017 (bkn.go.id).
Kita patut bersyukur dengan
penurunan tersebut. Dan tentu tak dapat dipungkiri, ada andil dana Ziswaf kita
yang disalurkan melalui Dompet Dhuafa, yang membantu angka penurunan tersebut. Program-program
Dompet Dhuafa dalam bidang Economy
misalnya:
- Pertanian sehat Indonesia (membantu pemberdayaan petani agar mampu menghasilkan panen yang berkualitas dan sesuai kebutuhan pasar).
- Kampoeng ternak nusantara (memberi modal, dan ilmu peternakan sebagai usaha memajukan jual beli hewan ternak yang sehat).
- Tebar hewan kurban
- Karya masyarakat mandiri
- Tabung wakaf Indonesia
- IMZ
- Dompet Dhuafa Travel
- Institut kemandirian.
Untuk info lebih jelas mengenai
program-programnya dapat dilihat DI SINI. Selain bidang Economy, Dompet Dhuafa juga membidik bidang Health, Education dan Social Development, sebagai sasaran
penyaluran ziswaf, yang kesemuanya jelas sangat mempengaruhi taraf hidup
masyarakat Indonesia.
Akan tetapi, penurunan kemiskinan 0,28 juta orang terhadap Maret 2018
dan menurun 0,91 juta orang terhadap September 2017, harusnya tidak menjadikan
kita jumawa. Per-maret 2018 berarti masih ada 25,39 juta
penduduk miskin, setelah terjadi penurunan dari jumlah sebelumnya. Bukan jumlah yang sedikit. Sekian
juta orang itu, masih sangat membutuhkan uluran tangan kita! Ya, di antara
banyak orang yang kita lihat menikmati mall dan mobil mewahnya, masih banyak
saudara kita yang meringkuk di bawah jembatan. Mengais sisa-sisa makanan demi mengisi
perut yang kosong seharian.
***
Jangan takut berbagi, karena dengannya
kebaikan dunia akan didapat, dan akhirat dalam genggaman. Dengannya kita
mampu memberi harapan.
Lihatlah senyum mereka, betapa kebahagiaan ikut menelusuk
hati kita.
Hadirnya bale aman anak, merekahkan senyum anak-anak Lombok |
Tim kemanusiaan dompet dhuafa untuk Somalia |
Dompet Dhuafa bagikan parcel lebaran bersama Senayan City |
Sekolah Ceria dari tim Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa usir trauma gempa Aceh |
“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Jangan Takut Berbagi yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa.”
#JanganTakutBerbagi
#SayaBerbagiSayaBahagia
Berbagi itu bikin hati senang. SAya juga merasa seperti itu. Kalau bisa membantu orang, melihat orang lain tersenyum, pastinya kita ikut bahagia. Semoga semakin banyak orang-orang yang peduli dan semangat berbagi.
BalasHapusAamiin... semoga makin banyak yang mau berbagi ya Mbak. Bahagia bersama. Terima kasih sudah berkunjung 😊
Hapus