Memilikimu adalah karunia terbesar yang
Ummi dapatkan. Mencintaimu adalah ketulusan terdalam dari lubuk hati. Tulisan
ini untukmu sayang, tentang apa yang ummi rasakan sejak kau hadir menemani
hari-hari ummi di dunia. Kepadamu putraku, M. Harits Fadillah.
Sayang, setelah menikah dengan abi-mu
hanya dua minggu saja hadir engkau di dalam rahim ummi. Kebahagiaan dan suka
cita kami menyambutmu. Ummi merasakan betul perubahan perkembanganmu. Mual yang
tak tertahan, lelah yang kerap melanda saat mengandungmu terasa beban berat
untuk ummi jalani. Berbadan dua itu sungguh berbeda, apalagi dengan berat badan
ummi yang hanya 30kg ini. Ummi masih harus menyesuaikan diri sebagai istri
berbarengan dengan menyesuaikan diri sebagai ibu. Kala itu, perekonomian kita
masih sangat seadanya. Sebagai seorang wartawan, abi-mu sering pulang tengah
malam—karena memang pekerjaannya malam—dan ummi sendirian di rumah. Beruntung
Amma Nita-mu masih mau menemani ummi.
Abi-mu bekerja keras demi mencari uang
untuk biaya kelahiranmu. Ummi juga masih berjuang menyelesaikan skripsi yang
sempat tertunda. Namun tak lama, hanya 7 bulan 13 hari saja kau dalam rahim
ummi. Kau lahir ke dunia. Maafkan ummi ya sayang, karena kelelahan bolak-balik
mengerjakan skripsi dan urusan perkuliahan ummi, naik turun tangga kampus dan
pulang pergi dengan Bus Kota yang sering kali ugal-ugalan, akhirnya masa pertumbuhanmu
tak cukup 9 bulan. Engkau prematur. 3 hari dalam inkubator dengan paru-paru
yang masih lemah. Berat badanmu hanya 2,2kg saja. Terharu menyambutmu
sayang....
Kini usiamu 4 thun 9 bulan. Kau tidak
lagi sendiri. Dua adik perempuanmu telah hadir menemanimu. Engkau harus menjadi
kakak di usiamu yang masih balita. Ummi tahu sulit bagimu untuk menyesuaikan
diri. Tapi keadaan memaksa. Kini tingkahmu begitu keras. Tak bisa dilarang, dan
segala keinginan harus dipenuhi. Sayang mengertilah, ummi dan abi begitu
kelelahan mengurus engkau dan adik-adikmu. Siang dan malam kami tak tidur demi
kalian bertiga. Mungkin benar kerasmu karena keras kami mendidikmu. Tapi kami
ingin kau sedikit saja paham bahwa kami lelah.
Mencintaimu adalah suatu hal yang
membuat ummi ingin menjadikanmu anak yang Sholeh dan cerdas. Tapi kini hanya
game yang kau inginkan. Sekolah tak lagi kau harapkan. Ummi sedih sayang.
Merasa tak mampu mendidikmu ketika kau nakal. Merasa tak mampu memasak sesuai
seleramu ketika kau tak mau makan. Merasa menjadi ibu tersadis ketika
memukulmu. Sungguh, menyakitimu rasanya beribu kali lebih sakit di hati ummi
ini. Kerap setelah memukulmu ummi menangis bahkan menyakiti badan ummi sendiri.
Karena ummi sangat menyayangimu bahkan lebih dari diri ummi.
Nak, kelak jika kau telah mengerti ummi
berharap kau membaca tulisan ini. Agar kau paham betapa ummi dan abi begitu
mencintaimu. Tak lagi kami pikirkan waktu-waktu yang tersita bahkan terasa
kurang untuk mengurusmu. Tak lagi kami pikirkan kelelahan bertubi-tubi yang
mendera. Yang terasa hanya begitu ingin engkau menjadi sholeh, menjadi kebanggaan
ummi dan abi.
Sayang, jika kelak engkau membaca
tulisan kecil ini ummi mohon maafmu atas segala kesalahan ummi. Ummi mohon pahamilah bahwa engkau segalanya bagi
ummi. Mencintaimu tak cukup dilukis dengan kata-kata. Karena cinta ini hanya
menggumpal menjadi asa diiringi doa atas kebahagiaan dan kesuksesanmu.
Mencintaimu anakku, lebih dari mencintai
diriku sendiri. Salam sayang terhangat, dari ummi untukmu buah hatiku.
terharu mak..postingan ini aku link ke postinganku ya mak..biar estafetnya nyambung:)
BalasHapusSilahkan Mak :) Namanya isi hati memang sering mengiris ya. Terimakasih sudah mampir dan meninggalkan jejak di blog yang sepi ini heeee
BalasHapuswah, kelak jika dewasa putranya pasti makin sayang sama bundanya setelah baca ini.. :-)
BalasHapusIya Mb Ofi. Semoga yah. Aamiin... Terimakasih sudah mampir :)
BalasHapus